Konon ketika kau melihat jam dengan angka yang sama,
itu adalah pertanda bahwa ada orang yang tengah merindukanmu. Aku tersenyum
dengan mitos itu--kadang asyik juga berfantasi,dan mereka-reka siapakah orang
yang sedang merindukan kita. Dan kaum jomblo umumnya menyukai ini. Seperti yang
dialami temanku. Dia setengah memekik ketika melihat jam digital di hapenya
menandakan waktu: 21:21. “Wah, 21:21! Ada yang kangen nih!” ucapnya bahagia. Aku
tersenyum geli. Ya, temanku adalah seorang jomblo. Sedikit miris sebenaranya
melihat ekspresi dia yang begitu girang hanya karna sebuah mitos yang tak jelas
juntrung dan ujungnya. Ekspresinya adalah tak lain sebuah refleksi dari dia
yang tak punya sosok jelas akan siapa yang merindukannya—ya karna dia jomblo.
Ketidakjelasan sosok itu, membuatnya mereka-reka tentang siapa gerangan orang
yang merindukkan dia—sebuah upaya untuk membangun figur akan seseorang yang
mencintainya. Tak seperti mereka yang berpasangan, yang telah punya sosok jelas
tentang orang yang memanah rindu pada mereka (meski dijumpai dalam beberapa
kasus, tak semua pacar merindukan pasangannya, namun setidaknya para kaum ‘taken’ ini telah mempunya rujukan
utama).
Aku merasa miris. Tidak hanya kepada temanku, tapi
juga diriku sendiri.
“Aku
kasihan sama Mbak ***I*.”
“Kenapa?”
“Karna dia berusaha membangun sosok yang merindukan dia.”
“Emang kenapa?”
“Itu artinya dia tidak punya sosok itu—karna dia jomblo.”
“Lha, kamu?”
“Iya sih. Mangkanya aku juga kasihan sebenarnya sama diriku sendiri.”
“Kenapa?”
“Karna dia berusaha membangun sosok yang merindukan dia.”
“Emang kenapa?”
“Itu artinya dia tidak punya sosok itu—karna dia jomblo.”
“Lha, kamu?”
“Iya sih. Mangkanya aku juga kasihan sebenarnya sama diriku sendiri.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar