Ada kisah unik yang baru aku ketahui ketika ayahku
meninggal, yaitu tentang beliau yang kerap memberi makan cicak yang biasanya
tak tahu diri bermain petak umpet di meja makan—petak umpet untuk menyamun
makanan.
Jadi begini, ketika kami makan di meja makan, cicak
sering menampakkan sosoknya dengan mata tak berkedip—mengawasi makanan kami.
Cicak ini jika tidak diusir maka akan menodai makanan kami, dengan kuman,
bakteri dan sebagainya. Oleh sebab itulah kami sering menepuk-nepuk meja, menggertaknya
agar segera hengkang. Dan benar adanya, cicak itu kabur, meski kadang muncul
lagi.
Nah, ayahku ini dia acapkali malah memberi makan si
cicak dengan butir nasi. Bisa kau bayangkan? Manusia kok ngasi makan cicak?
Layaknya menawarkan rumput pada kuda maupun sapi. Aku, Ibu, Kakak, tidak
mengetahui tindakan ayah yang konyol ini. Malah pembantuku yang mewartakannya
pada kami ketika beliau telah berpulang. Dia bilang ayah sering melakukannya,
dan ketika ditegur: Pak kenapa malah dikasih makan?
Ayah menjawab: Sudahlah, mereka kan butuh makan
juga.
Dan ayah memang unik.
I love u, Dad. J